Nonton Adolescence 2025 seperti membuka pintu menuju dunia remaja yang rapuh, gelap, dan sulit ditebak. Serial ini disutradarai oleh Philip Barantini sutradara yang sebelumnya sukses lewat film Boiling Point dan ditulis bersama oleh Jack Thorne serta Stephen Graham, yang juga ikut membintangi. Dari episode pertama, Adolescence langsung menunjukkan keberanian sinematik yang jarang: semua adegan direkam dalam satu pengambilan panjang one-take, tanpa potongan.
Cerita berpusat pada Jamie Miller, remaja 13 tahun yang tiba-tiba ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan teman sekelasnya. Di rumah, ayahnya, Eddie, dan sang ibu, Manda, mencoba memahami bagaimana anak yang mereka kenal bisa terlibat dalam sesuatu yang begitu kelam. Empat episode dalam musim pertama ini terasa seperti empat babak tekanan mental yang terus meningkat tanpa memberi ruang untuk bernapas.
Setiap detik di Adolescence terasa menegangkan. Kamera seakan tidak pernah berhenti, mengikuti karakter dari ruang ke ruang, dari amarah ke air mata. Pendekatan “one-take” ini bukan sekadar gaya visual; ia membuat emosi terasa mentah, nyata, dan tidak bisa disembunyikan. Dalam satu adegan, tatapan kosong Jamie setelah interogasi bahkan lebih memukul daripada dialog panjang apa pun.
Selain teknis yang memukau, kekuatan terbesar serial ini ada pada lapisan temanya. Adolescence bukan hanya kisah kriminal tentang siapa yang bersalah. Ia menggali lebih dalam tentang tekanan sosial, perundungan, dan bagaimana lingkungan bisa membentuk (atau menghancurkan) masa muda seseorang. Stephen Graham tampil luar biasa—potret ayah yang marah, takut, tapi juga hancur karena cinta.
Secara kualitas, serial ini mendapatkan sambutan luar biasa: skor 97% di Rotten Tomatoes dan 91/100 di Metacritic angka yang jarang untuk drama baru. Setiap episode berdurasi sekitar 60 menit, padat dan emosional. Tidak heran banyak yang menyebutnya sebagai “drama keluarga paling menegangkan tahun ini.”